Cerita Sex Terbaru 2016 - Cerita Sex Dewasa | Cerita Sex Bergambar | Sedarah Cerita Mesum | Cerita Sex Remaja | Cerita Seks Panas | Cerita Seks Hot | Cerita Dewasa Xxx | Cerita Seks 18 -
Namaku Winda, Umurku 29 tahun dan bekerja di salah satu bank swasta di Bekasi. Ketika bencana itu terjadi, Umurku baru 26 tahun. Saat itu aku sedang menghabiskan weekend di sebuah villa di kawasan Puncak. Aku memang hanya sendiri. Tiada tujuan lain selain menghilangkan kepenatan di segarnya udara Puncak tanpa gangguan siapa pun. Tragisnya kesendirianku itu justru menghilangkan satu-satunya harta yang paling berharga bagiku, kegadisanku.
Ceritanya sore itu aku berendam di air hangat. Kira-kira jarum jam menunjukkanjam 19.20. Udara dingin Puncak yang sejak tadi siang diguyur gerimis membuatku enggan bangun dari bathub. Kubersihkan tubuhku dengan sabun cair sampai pada kemaluanku yang masih bisa kubanggakan karena aku belum sekalipun melakukan hubungan badan. Karena air bath tub sudah agak dingin kuputuskan untuk mengakhiri acara mandiku.
Aku berdiri di depan cermin kamar mandi sambil menghanduki rambutku yang basah. Kupandangi tubuh telanjangku di cermin besar yang dapat memuat bayangan tubuhku secara penuh itu. aku tersenyum sendiri memandang wajah indoku yang bersih. Lalu aku alihkan pandanganku pada dua buah payudaraku yang bulat dan gempal. Ukurannya 38B, dengan tinggi badan yang 169 cm dan berat 50kg. Aku usap-usap kedua payudaraku yang tegang kedinginan. Pandanganku kemudian beralih pada satu-satunya bagian terpeka, kemaluanku yang ditumbuhi bulu-bulu yang tak lebat. Jelas telihat bagian gemuk itu terbelah di tengahnya. Ah.. inilah hartaku yang termahal, pikirku sambil membelainya.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu dari depan. Aku tersentak kaget karena seharusnya tak ada orang lain di villa ini. Seorang pemuda berbadan tegap segera menerobos masuk. Lalu ia segera menyeretku keluar kamar mandi. Aku berusaha berontak tapi tenagaku tak cukup untuk melawan tenaga pria itu.
"Hallo Nona manis, boleh kami mampir sebentar?", sapa pemuda lain yang telah menunggu di kamar tidur.
"Siapa kalian? Pergi! Pergi dari sini!", rontaku.
Pemuda yang menyeretku tadi telah memasung kedua tanganku di kedua tiang penyangga atap. Posisiku terpasung tapi kakiku masih bebas tak terikat.
"Tenang, Nona manis. Namaku adalah Rhasid", kata pemuda yang mengikatku.
Wajahnya bersih dan tampan, nampak seperti anak orang kaya.
"Dan aku Didit. Kami hanya mampir untuk bersenang-senang Nona", lanjut pemuda jangkung yang tadi menyeretku.
Tubuhnya lebih kurus daripada Rhasid tapi wajahnya juga sedap dipandang, walaupun terkesan agak beringas.
"Ma.. mau apa kalian? Tidak sopan!", bentakku.
"Ha.. galak juga, Rhasid. Heh perawan! Siapa namamu?", bentak Didit mencengkeram rahangku hingga terasa sakit.
"Sabar Didit, tanya baik-baik. Nona manis, siapa nama dari tubuh aduhai ini?", kata Rhasid mengelus-elus pinggangku.
Didit melepaskan cengkeramannya. Rahangku terasa sangat ngilu.
"Winda. Tolong kalian segera keluar dari villa ini, aku mohon", rengekku.
"Enak saja! Kami sudah masuk, mana mungkin keluar tanpa membawa hasil", jawab Didit yang lebih cepat marah.
Rhasid menepuk bahu Didit. Didit mundur beberapa langkah.
"Winda.. kami mampir khusus untuk menikmati kecantikanmu. Lihatlah, kau memiliki tubuh yang sangat sensual. Juga wajah yang cantik, sayang kalau tidak dinikmati. Didit! Lihatlah bibir nona Winda ini, bukankah sangat sexy?", kata si Rhasid sambil segera menyerang bibirku.
Cerita Seks Puncak Kenikmatan Perawan - Didit hanya tersenyum membiarkan Rhasid memagut bibirku dengan rakus. Tercium bau alkohol dari mulutnya. Aku ingin meronta tapi mulutku telah dijejali dengan lidah Rhasid. Kakiku menendang-nendang tapi tenaga Rhasid lebih kuat. Tangan kanannya mencengkeram leherku mencegahku menghindar dari pagutannya. Sedang telapak tangan kirinya digosok-gosokkan ke permukaan kemaluanku dengan kasar. Lidahnya terus menjilat-jilat menghisap-hisap lidahku dengan rakusnya. Darahku serasa naik antara rasa sakit dan nikmat. Tapi aku masih waras, kutekuk kakiku sehingga mengenai kejantanannya yang mulai tegang. Rhasid mengaduh kesakitan. Ia nampak misuh-misuh dan ingin memukulku tapi Didit mencegahnya. Rhasid menunduk sambil memegangi kejantanannya. Didit mendekatiku sambil membuka kaos yang pakainya. Nampak dada bidangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
"Sabarlah sayang, akan terasa indah bila kau mau menikmatinya", kata Didit.
Lalu lelaki jangkung itu mencium bibirku dengan lembut menggigit bibir bawahku perlahan-lahan lalu menyodokkan lidahnya menyusuri benda-benda yang bisa dijangkaunya. Ternyata Didit tidak sekasar yang kukira. Kelembutannya mencumbu bibirku membuatku bagai diperlakukan seperti seorang kekasih.
Darahku mendesir-desir. Lidahku pun menyambut lidah Didit yang meminta-minta. Tangan Didit menggerayangi punggungku dan terus turun ke bawah lalu berlabuh di bokongku. Diremas-remasnya mengikuti desah nafas Didit yang sudah mulai naik turun. Jemari tangan itu mengitari bokongku. Jemarinya bermain di bibir vaginaku dengan lembut. Jiwaku rasanya mau terbang. Aku mengharapkan sentuhan itu lebih lama. Tapi tidak, Didit segera mengalihkan jemarinya kembali ke bokongku. Tanpa kusadari Didit menyuntikkan sesuatu, aku tak tahu itu apa. Hanya belum sampai hitungan kesepuluh kepalaku terasa berat. Mataku berkunang-kunang.
Terdengar tawa kedua pemuda itu sayup-sayup. Rupaya mereka telah menyuntikkan semacam obat perangsang ke dalam tubuhku. Tubuhku terasa kejang. Darahku naik ke ubun-ubun. Hawa dingin terasa menjadi panas. Aku menggeliat-geliat menahan birahiku yang melaju tanpa rem. Bibirku mendehem-dehem. Kemaluanku terasa hangat, payudaraku nampak bengkak dengan sendirinya. Gelora birahiku melonjak-lonjak. Seperti ada kekuatan yang mendorongku untuk segera bercinta dengan mereka, ingin agar mereka segera menggerayangiku, mencumbuku, ohh.. Bajingan! Mereka hanya tertawa-tawa melihatku bersimbah keringat, berkelojotan menahan birahiku. Apa mereka tak tahu aku ingin segera mereka sentuh.
"Didit.. Rhasid.. kenapa kalian hanya diam saja.. kemarilah.. aku.. ingin.."
Tawa mereka semakin lebar.
"Didit, tadi dia menolak sekarang?! Ha..ha.."
"Ayo Rhasid, bidadari kita ini sudah tak sabar rupanya"
Samar-samar kulihat keduanya membuka semua pakaian yang melekat di tubuh masing-masing. Nampak Kontol-Kontol yang besar menegang menantang. Kemudian keduanya mengundi siapa dulu yang menggarapku. Ternyata Didit. Ia mendekatiku dan kembali mencumbu bibirku, tubuhnya menempel erat di tubuhku. Sehingga dadanya yang bidang menempel dengan kedua payudaraku yang telah menegang. Tangannya meremas-remas bokongku yang montok lalu membelai-belai selakangku yang telah tersendal-sendal oleh Kontolnya yang mengacung-acung. Ooohh.. bagai terbang ke awan. Kemudian iapun menurun dan mendapati kedua payudaraku. Matanya berbinar-binar. Diciuminya dadaku hingga terasa hangat nafasnya lalu dimasukkannya nipples-ku ke dalam mulutnya. Aku mendesah-desah ketika nipples-ku dijilat-jilat lalu dihisap kuat-kuat oleh lidah lincahnya.
"Oah.. auh.. Didit.."
Cerita Seks Puncak Kenikmatan Perawan - Rhasid yang mulai tak sabar segera melepaskan kedua ikatan tanganku. Lalu ia ikut bergabung dengan melumat bibirku dari arah samping. Tanganku menjambak-jambak rambut Didit sambil meladeni Rhasid. Kini gerakannya lebih lembut walau tak selembut Didit. Sepuluh menit kemudian mereka melepaskan mulutnya dari tubuhku. Aku terkulai di lantai memandangi kedua payudaraku yang terasa sangat berat membengkak, nampak beberapa bekas gigitan Didit.
Samar-samar terlihat Rhasid berdiri diatas tubuhku. Ia mengacung-acungkan Kontolnya yang besar menegang dan memintaku untuk mengulumnya. Aku bangkit dari tidurku dan tak berapa lama Kontol berkulit kecoklatan itu telah masuk ke dalam mulutku. Rhasid mengelus-elus rambutku sambil terus menyodokkan Kontolnya ke dalam mulutku. Aku mengulumnya, lidahku menyapu semua bagian benda panjang itu. Rhasid mengocok-ngocoknya berirama hinga ujungnya menyemburkan cairan Pejuh.
"Didit! Aku keluar Didit! Keluar.., aarrghh..", teriak Rhasid.
Aku ingin memuntahkannya tapi Rhasid mencegahnyanya dengan terus menyodokkan Kontolnya.
"Telan sayang, telan..", terdengar suara Didit yang telah meremas-remas kemaluanku yang terasa lengket dari belakang.
Perlahan-lahan Didit menuntunku untuk menungging. Kakiku bertumpu pada lutut sedang tanganku berpegangan pada kedua paha Rhasid. Aku tak tahu apa yang diperbuat Didit. Yang kurasakan hanya nikmatnya Kontol Rhasid. Tak kuduga tiba-tiba terasa ada benda asing yang masuk ke dalam lubang vaginaku.
"Aaah..", teriakku tertahan.
Gigiku menggigit Kontol Rhasid nenahan rasa nyeri di lubang kewanitaanku itu. Rhasid berjingkat-jingkat menahan rasa sakit sambil misuh-misuh. Tapi Didit bagai tak peduli terus berusaha menerobos tirai-tirai kewanitaanku. Hingga akhirnya jebol, darah mengucur sampai pada pahaku. Aku menangis tersendat-sendat tapi Didit semakin asyik memainkan Kontolnya di memekku. Memasukkannya beberapa senti lalu mengeluarkannya, belum sampai keluar sudah disodokkannya lagi. Pejuh muncrat ke dalam lubang vaginaku. Dalam tangis jiwaku seakan melayang. Sejujurnya aku sangat menikmatinya saat itu. Terasa sangat indah ketika Didit menggoyang-goyangkan Kontolnya di dalam lubang vaginaku.
Cerita Seks Puncak Kenikmatan Perawan - Sekitar pukul sepuluh malam. Keringatku mengucur deras. Aku telentang di lantai. Di sampingku nampak Didit yang juga terengah-engah. Tapi Rhasid ternyata belum puas. Dicumbunya kelaminku dengan lidahnya. Licah menyusuri dinding-dinding vaginaku menghisap-hisap klitorisku dengan gemas. Mataku berkejap-kejap menahan nikmat yang tercipta. Selakangku mengatup mencengkeram kepala Rhasid agar tak pergi dari kemaluanku. Sepuluh menit kemudian Rhasid memasukkan jari tengahnya dengan mudah ke dalam lubang memekku. Untuk kedua kalinya pertahananku jebol. Cairan kewanitaanku muncrat membasahi telunjuk Rhasid. Ditariknya jari tengah Rhasid yang bersarung di memekku. Tanpa rasa jijik dijilatnya jari tengah yang berlumuran cairan kewanitaanku itu dengan senyum kepuasan.
Terdengar suara orang ronda diluar melintas di depan villa. Maka dengan tergesa-gesa Didit dan Rhasid mengenakan pakaiannya lalu melompat dari jendela kamarku meninggalkanku dalam keadaan sangat lemah. Aku berusaha menjerit memanggil-manggil penjaga ronda keliling itu. Tapi suaraku bagai tersumbat. Belum sampai sepuluh hitungan pandanganku telah gelap gulita.
Cerita Sex Abg 17 Tahun, Cerita Seks perselingkuhan, Cerita Seks Terpanas, Kumpulan Cerita Seks Seru, Cerita Seks Memek Ibu Kost, Cerita Seks Kenangan, Cerita Seks Kenikmatan, Cerita Seks Tante Girang, Cerita Seks Teman Sekantor, Cerita seks dewasa, Cerita Seks Darah Perawan, Cerita Seks Terbaru, Cerita Seks Anak Kos, Cerita Seks Ayam Kampus, Cerita Seks Janda Hot, Cerita Seks Abg Sange Berat, Cerita Sex Tante Jablay, Cerita Seks Abg Hot, Cerita Seks Model, Cerita Seks Abg Birahi, Cerita Seks Pemerkosaan, Terbaru, Cerita Seks Janda Kembang, Cerita Seks Abg Binal, Cerita Seks Daun Muda, Kumpulan Cerita Seks Bebas, Cerita Sex Didalam Mobil, Cerita Seks Birahi Perawat.